Pada tahun 2020 ini, PT Pertamina mencoba melebarkan unit bisnisnya dengan menghadirkan SPBU Mini dengan nama Pertashop. Penawaran paling rendah adalah Pertashop Gold dengan modal atau investasi untuk membangun Pertashop Gold sebesar Rp 300 juta.
Baca juga : Pertamini Gigit Jari, Pertashop diluncurkan. Harga, Mutu dan Pasokan dijamin
Pertashop ini resmi diawasi langsung oleh perusahaan plat merah di sektor energi tersebut. Pertashop ini memiliki 3 tingkatan yakni; Pertashop Gold, Pertashop Platinum dan Pertashop Diamond. Masing-masing tingkatan ini bisa didapatkan dengan modal, syarat dan dan keuntungan yang berbeda-beda.
Untuk memperlancar programnya, PT Pertamina menurunkan sejumlah Tim Survey ke sejumlah titik yang sejak lama ditargetkan.
Kunjungan Calon Investor Bisnis Pengadaan BBM
Menurut salah satu Calon Investor (H. Agus) saat berkunjung ke Direktur BUMDesa "Muda Karya Mandiri" Kotaraja 24 April lalu, beliau menawarkan kerjasama BUMDesa dengan PT Pertamina dalam pengadaan serta pengelolaan Pertashop. Penawaran pertama; Jika BUMDesa atau Desa/Pemdes siap membiayai pengadaan alat dan mesin Pertashop serta bisa menyiapkan lahan/tempat, BUMDesa atau Desa/Pemdes selaku pengelola, selanjutnya dari PT Pertamina akan berlaku sebagai pemasok. Penawaran kedua; Jika BUMDesa atau Desa/Pemdes tidak mempunyai biaya penyiapan alat dan mesin, maka BUMDesa atau Desa/Pemdes cukup menyediakan lahan/tempat, selanjutnya PT Pertamina akan menyediakan pihak ketiga/swasta sebagai investor, pengelolaan oleh Pihak Ketiga/Swasta sementara BUMDesa atau Desa/Pemdes akan mendapatkan bagi hasil menyesuaikan harga lahan/tempat. Penawaran ketiga; Jika BUMDesa atau Desa/Pemdes tidak memiliki biaya pengadaan serta tidak memiliki lahan/tempat, maka BUMDesa atau Desa/Pemdes bisa menunjukkan lokasi lahan/tempat yang bisa dibeli dan memberikan ijin PT Pertamina untuk pengadaan Pertashop di Desa Kotaraja.
Sebagai gambaran, H. Agus menambahkan, "Pertashop memiliki tiga tingkatan, yang pertama tingkatan Gold, ini adalah tingkatan yang paling rendah namun begitu bisa menghasilkan omset hungga Rp 75 juta per bulannya!" jelasnya. Menanggapi tawaran ini DIrektur BUMDesa "Muda Karya Mandiri" Kotaraja menyatakan sangat tertarik bekerjasama dalam hal ini, "Ini adalah program yang sangat bagus, InsyaAllah kami dari BUMDesa siap menerima tawaran ini, namun kami perlu koordinasikan terlebih dahulu dengan BPD dan Pemdes yang juga berhak menentukan!".
Kunjungan Tim Calon Investor
Kunjungan kedua Tim Calon Investor Bisnin BBM 29 April lalu untuk memastikan kesiapan BUMDesa untuk bermitra dalam pengelolaan Pertashop. Sebagai tambahan, Tim Survey menjelaskan, "Tingkatan pertama (Pertashop Gold) membutuhkan lahan 144 meter persegi dengan kapasitas penyaluran BBM sebesar 400 liter per hari. Tingkatan yang kedua adalah Pertashop Platinum membutuhkan lahan sekitar 200 meter persegi dengan tangki penyimpanan sebesar 10 kiloliter dan memiliki kapasitas penyaluran sebesar 1.000 liter per hari. Tingkatan terakhir adalah Pertashop Diamond yang membutuhkan lahan sebesar 500 meter persegi dan memiliki tangki timbun sebesar 10 kiloliter. Selain itu Pertashop Diamond juga dipastikan memiliki omset di kisaran 14-28 juta per hari. Jadi, silahkan peluang ini!" jelasnya.
Kembali Direktur BUMDesa menyatakan tertarik dan siap untuk bermitra jika sesuai dengan kesepakatan kerja, "Setelah pertemuan bila hari, saya sudah sampaikan hal ini dengan rekan-rekan pengurus BUMDesa dan alhamdulilah kami semua tertarik dan siap untuk bermitra, namun tentu kami harus tahu lebih rinci bagaimana sistem pengelolaan (management) yang akan dijalankan, termasuk besaran (persentasi) invenstasi (saham), pembagian hasil dan lain-lain. Karna sejauh yang kami telusuri tentang Program Pertashop oleh PT Pertamina bahwa Modal atau Investasi yang dibutuhkan untuk membangun Pertashop Gold sebesar Rp 300 juta, atau setara dengan harga KIA Seltos yang dibanderol mulai Rp 295 jutaan OTR Jakarta. Dan di Pertashop Gold ini akan menghasilkan omset sekitar Rp 75 juta perbulan. Jika memang sesuai dengan target dan tidak banyak lika liku (peran/permainan pihak ketiga) dalam bisnis ini kami siap untuk andil. Saat ini kami memang masih ada dana yang belum cair sekitar Rp 200 juta. Jika bisnis ini sesuai dengan jalur yang benar, Insya-Allah kami akan investasikan dana di bisnis ini. Ada pun terkait lokasi atau lahan, Kotaraja mempunyai lahan sekian Ha, saya rasa Pemdes juga siap menyiapkan lahan untuk Pertashop. Kemarin juga saya sudah koordinasikan ini dengan Ketua BPD, dan alhamdulillah disambut bagus juga, bahkan beliau siap untuk membahas tentang bisnis ini dengan Pemdes!" tuturnya.
Dalam pertemuan tersebut Direktur BUMDesa "Muda Karya Mandiri" mengajukan beberapa pertanyaan terkait kemitraan yang akan dibangun dalam bisnis BBM. Dan menanggapi pertanyan-pertanyaan tersebut, Calon Investor hanya menanggapi beberapa saja dan hanya memberi gambaran secara umum.
Direktur BUMDesa Minta pendapat Ketua BPD untuk Kerjasama dengan PT Pertamina
Menindak lanjuti rencana kerjasama ini, pengurus BUMDesa mendampingi Tim Pertamina berkunjung ke Ketua BPD (Lalu Isnaini). Dalam kunjungan ini Tim Calon Investor kembali menjelaskan programnya dan membahas lebih dalam lagi tawaran-tawaran dan tehnik kerjasama yang akan disepakati. Tim sendiri menjelaskan bahwa PT Pertamina sudah menetapkan target atau titik-titik pelebaran unit bisnisnya, termasuk 3 desa di Lombok Timur sebagai perioritas yakni Desa Kotaraja, Desa Tetebatu Selatan dan Desa Pesanggrahan. Adapun keriteria penentuan titik/lokasi berdasarkan beberapa keriteria diantaranya; Jalur limpas atau jalan penghubung antar desa/kota, pusat perkotaan dan jalur pariwisata. Sementara Desa Kotaraja memiliki ketiga kategori tersebut, dengan kata lain Kotaraja adalah tempat yang sangat strategis untuk mengembangkan unit bisnis ini.
Ketua BPD (Lalu Isnaini) menyambut baik program PT Pertamina mengingat peluang ini sangat luar biasa dan bisa meningkatkan PAD untuk Desa Kotaraja. "Jika dilihat potensi Desa Kotaraja, terdata sekitar 4 ribu lebih KK sementara setiap KK memiliki minimal 1 kendaraan bahkan ada yang mempunyai 3, 4 atau pun lebih. Jadi, bisa dipastikan konsumsi bahan bakar atau BBM per hari mencapai 5 sampai 10 ribu liter per hari, belum lagi para pengendara dari 9 desa lainnya yang melintas atau melewati jalan umum Kotaraja!" tuturnya.
Dari gambaran di atas bisa disimpulkan bahwa Desa Kotaraja adalah desa yang sangat potensial untuk mengembangkan berbagai unit usaha termasuk Pertashop.
Baca juga : Survey Lokasi Pertashop Desa Kotaraja.
Untuk memastikan peranan dalam bisnis BBM ini, Kembali Ketua BUMDesa "Muda Karya Mandiri" Kotaraja mempertanyakan andil dan peran masing-masing. "Apakah dengan modal Rp 300 juta seperti yang disampaikan oleh Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid kami sudah bisa mengelola Pertashop tersebut dan bagaimana peranan anda di sini?".
Menanggapi pertanyaan Direktur BUMDesa "Muda Karya Mandiri", Ketua Tim Calon Investor menjelaskan, "Sebenarnya untuk pengadaan Mesin Pertashop sampai siap pakai memang sekitaran Rp 300 jutaan, tapi perlu diketahui bahwa kami selaku pihak yang berperan mengurus semua ini termasuk menjemput program dan sudah mempunyai chanel ke atas, karna itu kami menawarkan harga pengadaan Pertashop di Desa Kotaraja dengan harga Rp 850 juta!" tuturnya.
Ketua BPD Lalu Isnaini mencoba menengahi, "Memang kami bisa fahami, permainan bisnis BBM sangat luar biasa. Jika kita tidak bisa bermain dan menjemput program ini, kita tidak akan bisa berjalan mulus dan lancar. Jadi, kita perlu menghargai Tim yang siap mengurus segala sesuatunya yang memang sudah mempunyai jalur dan celah atau channel ke atas. Mereka yang lebih tahu bagaimana cara mengelola hingga usaha/bisnis BBM ini bisa lancar. Dan kelebihan harga itu memang wajar, karna mereka yang bekerja mengurus segala sesuatunya hingga Pertashop ini bisa berkembang, tapi nanti kami akan bahas juga dengan Pemdes!" jelasnya.
Untuk memastikan besaran (persentasi) saham, kembali Direktur BUMDesa "Muda Karya Mandiri" mempertanyakan, "Baik, harga Mesin sampai siap pakai bukan Rp 300 juta tapi karna untuk mempermudah dan memperlancar program/bisnis BBM ini sehingga dihargakan Rp 850 juta? Jadi, jika investasi fifti-fifti (50% saham) kami harus siapkan Rp 425 juta?".
Kembali Calon Pihak ketiga menjelaskan, "Bukan seperti itu rinciannya, perhitungan kami beda. Fitti-fifti di sini bukan Rp 425 juta, tapi Rp 650 juta karna kami yang akan mengelola. Anda belum faham dengan kalkulasi sistem pengelolaan kami, tapi tidak perlu kita bahas sekarang, ada saatnya nanti kita bahas secara rinci dan lebih lanjut tentang sistem pengelolaan setelah ajuan ke PT Pertamian terealisasi!" singkatnya.
Jangan lupa masukan dan saran di kolom komentar...
Bagaimana menurut anda, Harga pengadaan Pertashop Rp 300 juta, karna harga pengurusan sampai ke pusat sehingga dihargakan Rp 850 juta. Dan karna sistem pengelolaan (fifti-fifti = Rp 650 juta, 100% = Rp 1.300.000.000,-) sehingga total harga pengadaan Pertashop di Desa Kotaraja Rp 1,3 Miliyar.
Apakah harga pengadaan Pertashop di Desa Kotaraja wajar? Apakah Calon Pihak Ketiga yang harus mengelola Pertashop di Kotaraja? Apakah Ketua BPD akan berperan sebagai lembaga yang akan mendukung kemajuan Pemdes dan BUMDesa atau turut berlaku sebagai Calo?
Mari kita ikuti perkembangan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar